Breaking News


Na Mar-Eda dan Perbincangan Habatahon



Satu waktu di rumah duka, na mar-eda (iparan sesama perempuan) tampak sedang asyik berbincang-ria sembari menunggu giliran masuk ke dalam rumah dimana jazad almarhum disemayamkan.
Saat itu, malam harinya sehari sebelum jasad dikebumikan, dalam budaya batak apabila seorang yang usianya sudah uzur meninggal dunia, membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa tiga sampai empat hari atau bahkan lebih.
Kedua wanita berusia lanjut pada foto ini tampak serius berbincang-bincang banyak hal, utamanya mengenai persiapan 'hulahula pangolian' yang akan menyampaikan kata-kata perpisahan, ucapan turut berdukacita dan yang tak kalah penting dalam konteks habatahon posisi Naibaho Sidauruk generasi Ompung Raja Pandehoda bersama borunya akan menyampaikan 'ulos tutup batang' keesokannya.
Puji Tuhan, malam itu meski sudah cukup larut, Tuhan senantiasa memberi kekuatan dan kesehatan bagi setiap kami. Bahkan, hingga acara puncak keesokannya hingga pulang ke kediaman masing-masing (Medan, Jakarta, Pematangsiantar, Bamban, Tebing), semua diberi kemudahan dan kelancaran.
Kembali ke inti perbincangan na mar-eda tadi. Salah satu poin yang mereka perbincangkan adalah bahwa dalam acara seperti contoh ini, seyogianya 'ulos holong' tak usah mesti dijalankan. Cukup hanya 'ulos na martohonan' saja. Selain alasan akan menyita waktu yang cukup lama, hal tersebut juga akan menjadi beban tersendiri bagi keluarga yang tengah berduka.
Sebagai generasi muda, saya sebagai pendengar yang budiman saat itu, perbincangan mereka ada benarnya. Jika kita mengakui dengan jujur, budaya habatahon kita terkadang memang terlalu melebih-lebihkan. Tanpa mencari tahu lebih dulu konsep adat yang benar, kita orang batak terkadang memolesnya secara berlebihan.
Untuk itu, marilah kita para generasi muda yang akan melanjutkan tongkat estafet para orangtua kita, untuk mau belajar habatahon sejak dini. Termasuk mempelajari bahasa batak itu sendiri sebagai 'bahasa ibu'. Tak perlu malu dan ragu untuk mau mempelajarinya dan mempraktekkannya, karena keragaman budaya adalah hal yang patut kita banggai dan kita lestarikan.
Horas!

Posting Komentar

0 Komentar