Breaking News


P - C - H, Bapak Kami Yang Masih Hidup



Bagi kami (Robin, Edi, Nando, Hervin, April dan Timbul) selaku generasi Raja Pandehoda Naibaho Sidauruk Ke 16, masing-masing dari kami sudah tidak lagi memiliki bapak jasmani oleh karena mereka telah tiada (RIP) kembali ke Sang Pencipta.
Meski hal tersebut merupakan fakta yang tak dapat ditepis, sesungguhnya kami masih punya Bapak jasmani yang tersisa. Siapa mereka? Mereka adalah P - C - H (da; Pandu - Conrad - Harlen).
P - C - H adalah generasi ke 15 dari Raja Pandehoda Naibaho Sidauruk dari keturunan Ompung yang bergelar Kepala Rodi. Menyandang gelar Kepala Rodi di zamannya, dugaan saya adalah ia paling tidak sosok pemimpin dan punya pengaruh.
Tidak hanya Ompung Kepala Rodi, generasi di atas, konon katanya bahwa Ompung tersebut punya pengaruh yang besar di zaman kolonial Belanda. Itu sebabnya, oleh karena kebijaksanaan yang ia miliki, santer tersiar bahwa Ompung Raja Pandehoda memilik tanah yang luas, di inti kota Pangururan sebagai pusat pemerintahan saat itu.
Miris memang, selaku pewaris dari generasi Ompung Raja Pandehoda Naibaho Sidauruk, kami hanya penikmat informasi belaka. Menurut informasi para orangtua yang masih tersisa saat ini, seperti halnya; Ompung Tuan Sihorpuk (generasi Ompung Pardomuan), Namboru/Amangboru dan juga Inangtua, membenarkan bahwa bahwa memang benar Ompung Raja Pandehoda adalah seorang yang cukup disegani dan punya sederet harta pertapakan.
Meski demikian, kami sebagai pewaris kebesaran nama tersebut tak perlu berkecil hati, apalagi bersedih. Karena perlahan-lahan Debata Mulajadi Nabolon (Allah Yang Maha Kuasa) menunjukkan kebesarannya lewat bukti nyata pertapakan (land) sudah ada yang kembali meski prosesnya lewat perjuangan jalur hukum hingga ke tingkat kasasi di Mahkamah Agung.
Kembali ke P - C - H, yang keberadaan mereka masing-masing berpisah satu sama lain. Bapak Pandu berada di Kota Medan, Bapak Conrad berada di Bamban Kab.Sergai, sementara Bapak Harlen di Sidikkalang.
Bapak Conrad dan Bapak Harlen bisa bersenda gurau bersama. Sementara di hadapan Bapak Pandu, mereka berdua sepertinya tidak mendapat penerimaan, alias bentrok, cekcok.
Entah apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Kami tidak tahu apa yang menjadi sebab musababnya. (Hanya mereka yang tahu satu sama lain).
Satu waktu, lae Tumpal Hutasoit (Ama Angel) bergumam, "bisakah melalui sel atau sperma mereka bertiga (P - C - H) disuntikkan ke rahim perempuan (program bayi tabung)?"
"Hal itu harus dikonsultasikan dulu kepada dokter, apakah sel atau sperma mereka layak atau sehat. Lagi pula, kepada rahim siapa hal itu bisa direalisasikan. Bahkan, secara biaya sudah pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit," jawabku saat itu.
Adanya pertanyaan demikian terlontar adalah sebagai wujud keprihatinan manakala ketiga Bapak kami (P - C - H) sedikit kurang beruntung bila dibandingkan dengan kami generasi saat ini (ke 16). Tanpa mempersalahkan Sang Pencipta, di dalam relung hati yang terdalam kami kerap bertanya-tanya dosa apa yang telah diperbuat para pendahulu kami. Jikapun ada, dalam doa dan permohonan tiada berhenti meminta ampun agar supaya kutuk keturunan seperti yang dititahkan Tuhan hingga generasi ke empat agar tidak terjadi bagi generasinya.
Baiklah, P - C - H sudah begitu adanya. Bagaimanapun juga, kita (kami) tak perlu berkecil hati. Mereka Bapak bagi kami yang tersisa. Mereka generasi Raja Pandehoda ke 15 yang harus kami hormati dan hargai.
Kami percaya, jika hal itu bisa kami lakukan, Tuhan pasti memberi pertolongan dan berkat luar biasa bagi kami ke depannya untuk menjunjung kebesaran nama Pandehoda, utamanya di Kota Pangururan.
Tiada yang tak mungkin! P - C - H adalah Bapak yang kami banggakan. Semoga ada mujizat dan kuasa menyinggahi mereka. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar