Pasanggarahan tempo dulu/Istimewa. |
Raja Pandehoda sebagai keturunan Naibaho Sidauruk konon katanya adalah Raja yang punya kharisma sekaligus bijaksana. Selain itu, Pandehoda juga bisa dikatakan sosok yang baik, juga penderma.
Menurut ceritera yang hingga kini masih terngiang keras dalam benak, Pandehoda di zaman penjajahan juga dikaryakan oleh kolonial dalam hal administrasi. Hal tersebut didasari oleh karena ia cakap soal administrasi.
Sebagai pewaris garis keturunan, saya, bahkan beberapa saudara saya yang lainnya, tentu sedikit miris jika hanya mendengar ceritera indah belaka, padahal jika dikaitkan kepada kehidupan nyata hal tersebut sangat jauh dari kenyataan.
Saya memang kagum dan hormat, meski ceritera itu saya coba imajinasikan dalam alam pikir. Terkadang jika terlalu jauh berimajinasi, ada buaian untuk lebih larut di sana. Dan, sesudahnya, ada tanda tanya yang terus berkecamuk hingga terkadang terpikir, "apakah ini teka-teki" belaka?
Foto pendukung tulisan ini adalah Pesanggrahan yang kini telah dijadikan menjadi kediaman atau rumah dinas sang Bupati Kabupaten Samosir menghadap ke Danau Toba yang hanya berjarak tak lebih dari 50 m dari tepi danau vulkanik terbesar itu.
Hal yang membuat hati menjadi gundah gulana adalah manakala 'ceritera indah' tersebut hanya menyisakan banyaknya surat wasiat alias surat sakti yang jika dicoba untuk mengungkapnya, dibutuhkan kocek yang tak sedikit mengingat urusan birokrasi yang jelimet di negeri ini.
Alamak..., buaian 'ceritera indah' itu hingga kini tak mampu aku, kami pecahkan hingga di sore ini, Kamis (6.9.18).
Sepertinya, harus menyeruput segelas kopi dulu ke Lexus Cafe di bilangan Sei Mencirim - Medan Baru milik Abanganda Hervin Naibaho.
>>>> bersambung
0 Komentar